Siluet kekuningan marah, memerah, gelisah.
"Tutup lukisan permadani kosong itu!" katanya.
Detik jarum jam itu tak berkutik, melihat ombak menggulung pasir sampai hilang.
Rintihannya serupa awan, kosong tak berbunyi.
Terlihatnya seperti tak perduli, tetapi kalbunya membiru tanda goresan luka.
Membisu lemah, mungkin hanya itu takdirnya.
Senin, 20 April 2009
Diposting oleh Unknown di 13.36
Label: puisi iseng
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar